Sabtu, 29 September 2012

HAKIKAT IMAN KEPADA RASULULLAH

حقيقة الإيمان برسول الله
HAKIKAT IMAN KEPADA RASULULLAH


Diantara nikmat yang Allah berikan kepada manusia juga seluruh alam adalah diutusnya para Rasul yang menuntun manusia dari kegelapan menuju Islam.
Setelah beriman kepada Allah maka kewajiban berikutnya adalah beriman kepada Rasulullah Muhammad yang menjadi pondasi yang utama dari agama Islam. Sebab seluruh pondasi yang lainnya dibangun di atas keimanan pada Allah dan Rasul-Nya. Seorang yang tidak mengimani Rasulullah dan hanya beriman kepada Allah tidaklah cukup, dan Iman menjadi batal, Sebagaimana sabda Nabi :
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ اَنْ لإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
“Artinya: Islam itu dibangun di atas lima rukun , menyaksikan bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya(HR. Muslim I/45. Lihat Al-Bukhari I/13).
Juga sabda beliau :
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ اَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُ مَّةِيَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَا نِيٌّ، ثَمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِىْ اُرْسِلْتُ بِهِ اِلاَّ كَانَ مِنْ اَصْحَابِ النَّارِ (رواه مسلم)
“Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tanganNya! Tidak seorangpun yang mendengar tentang aku dari umat (manusia) ini, seorang Yahudi atau Nasrani, kemudian meninggal dunia dan tidak beriman kepada yang aku diutus karenanya, kecuali ia termasuk menjadi penduduk Neraka”. (HR. Muslim I/34).
Allah berfirman:
وَمَنْ يَّعْصِ اللهَ وَرَسُوْ لَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَلِدِيْنَ فِيْهَآ أَبَدًا (الجن : 23)
“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah Neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”.
Bahkan mereka akan ditimpa musibah dan adzab yang pedih, sebagaimana firman Allah : dalam Al-Qur’an surat ke 24 An-Nur : 63.
فَلْيَحْذَر الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَويُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ (النور: 63).
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih”.
Rasulullah adalah manusia biasa, bukan malaikat dan bukan pula anak Tuhan. Beliau terlahir dari jenis manusia, ayahanda beliau adalah Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibundanya adalah Aminah keduanya dari suku Quraisy di Makkah Al-Mukarramah, keturunan Nabiyullah Ismail bin Ibrahim ‘alaihimas salam, Sebagai rahmat dan jawaban atas permohonan Abal Ambiya’ Ibrahim alaihis salam, seperti tercantum dalam firman Allah:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلاً مِّنْهُمْ يَتْلُواْ عَلَيْهِمْ ءَايَتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ إِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمَ (البقرة : 129)
Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Al-Baqarah: 129).
Allah Allah menegaskan agar beliau menyatakan tentang diri beliau, dengan firmanNya surat Al-Kahfi ayat 110 dan ayat-ayat yang lain:
قُلْ إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ ….. (الكحف : 110)
“Katakan, sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, ……( Al-Kahfi : 110)

قُلْ لآَ أَقُوْلُ لَكُمْ عِندِيْ خَزَا ئِنُ اللهِ وَلآ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلّيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ، أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ (الأنعم : 50).
Katakan: “Aku tidak megatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)? (Al-An’am: 50).
Rasulullah juga berwasiat agar beliau tidak dihormati secara berlebihan, seperti orang-orang Nasharo menghormati Nabi Isa alaihis salam, atau dengan menjadikan kuburannya sebagai tempat ibadah dengan meminta-minta padanya. Bahkan beliau tidak menyukai panggilan yang berlebihan atau menghormati dengan berdiri diwaktu beliau hadir. Dari sahabat Amr radhiallahu anwhu bahwa Rasulullah bersabda:
لاَ تَطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى إِبْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ. فَقُولُوا: عَبْدُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ.
“Janganlah kamu menghormati aku (berlebihan) sebagaimana orang Nasrani menghormati Isa bin Maryam. Sesungguhnya saya hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Allah dan RasulNya”.
Dari sahabat Jundab bin Abdullah Rasulullah sebelum meninggal pernah berwasiat:
أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا القُبُوْرَ مَسَاجِدَ فَإِنِّي أَنْهاَكُمْ عَنْ ذَلِكَ (رواه مسلم)
Ingat-ingatlah, maka janganlah kalian semua menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat memohon/shalat). Karena sesungguhnya aku melarang kalian semua dari perbuatan itu” (HR. Muslim). Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda:
لاَ تَجْعَلُواْ بُيُوْتَكُمْ قُبُوْرًا. وَلاَ تَجْعَلُوْا قَبْرِى عِيْدًا (رواه أبوداود).
“Janganlah engkau jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan (sepi dari ibadah) dan jangan engkau jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan (HR. Abu Dawud).
Dari Ali bin Husain bin Ali dari ayahnya, dari kakeknya, beliau mendengar dari Rasulullah :
لاَتَتَّخِذُواْ قَبْرِى عِيْدًا. وِلاَ بُيُوْ تَكُمْ قُبُوْرًا فَإِنَّ تَسْلِيْمَكُمْ لِيِبْلُغُنِيْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ
“Jangan engkau jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah engkau jadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan (tetapi ucapkanlah do’a salam kepadaku) karena sesungguhnya do’a salammu sampai kepadaku di manapun kamu berada”. (Diriwayatkan dalam kitab Al-Mukhta’ah).
Cara dan konsekwensi beriman kepada Rasulullah adalah sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شيء ٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَوتَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بَئآَتِنَا يُؤْمِنُوْنَ. اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيّ الأُمِّىَ الَّذِي يَجِدُونَهُ, مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ يَأْ مُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمْ الطَّيْبَتِ وَيُحَرَّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ (الأعراف : (106 – 107)
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (156) “ (yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka , yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka, segala yang baik dan mengharamkan mereka dari segala yang buruk dan membuang bagi mereka beban-beban” (157).

Diantara cara beriman kepada Rasulullah adalah sebagai berikut:
1. Meyakini dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi Muhammad dan apa yang oleh beliau bawa, sebagaimana Allah menandaskan tentang ciri orang bertaqwa:
وَالَّذِيْ جَاءَ بِالصَّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الزمر : 33)
Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zumar : 33).
2. Ikhlas mentaati Rasul dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangannya. Allah berfirman:
وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُوْلِ اِلاَّ الْبَلغُ الْمُبِينَ (النور : 54)
“Dan jika kamu taat kepadanya , niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
3. Mengikuti ajaran pemikiran, pokok-pokok agama, hukum-hukum dan cabang cabangnya sesuai dengan yang beliau ajarkan dengan ikhlas. Allah berfirman:
فَلاَ وَربِّكَ لاَيُومِنُوْنَ حَتَّى يَحَكِّمُوكَ فِيْمَا شَجَرَبَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَيَجِدُواْ فِى أَنْفُسِهِمْ حَرَجًامِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيْمَا. (النساء : 65)
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka persilisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan , dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa : 65).
4. Mencintai beliau , keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Rasulullah bersabda:
لا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ اَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
“Tidaklah beriman seorang sehingga aku lebih dia cintai dari pada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
5. Membela dan memperjuangkan ajaran Nabi serta berda’wah demi membebaskan ummat manusia dari kegelapan/kedhaliman, kebatilan, kemungkaran dan kemaksiatan menuju kepada cahaya kebenaran. Sebagaimana firman Allah :
فَالَّذِيْنَ أَمَنُواْ بِهِ وَعَزَرُوهُ وَنَصَرُوْهُ وَتَبَعُواْ النُّوَرَالَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الأعراف : 157)
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung” . (Al-’Araf: 157).
6. Meneladani akhlaq dan kepemimpinan Nabi dalam setiap amalnya, Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِىرَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُواْ اللهَ وَالْيَوْمِ الآَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا (الاحزاب : 21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah (Al-Ahzab:21).
7. Banyak membaca shalawat dan salam kepada beliau terutama setelah disebut namanya.
8. Waspada dan berhati-hati dari ajaran-ajaran yang menyelisihi ajaran Nabi Muhammad seperti waspada dari syirik, tahayul, bid’ah, khurafat, itulah pernyataan Allah :
فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ يُخَالِفُونَ عَنْ اَمْرِهِ اَنْتُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْيُصِيْبِهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمَ (النور:63).
“Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang telah berangsur-angsur pergi diantara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi ajaran Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur : 63).
9. Mensyukuri hidayah keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan menjaga persatuan umat Islam dan menghindari perpecahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan AS-Sunnah shohihah. Itulah tegaknya agama:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الَّدِيْنِ مَا وَصَّى بِهِ نُوْحًا وَالَّذِيْ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَهِيْمَ وَمُوسَىا وَعِيْسَى اَنْ أَقِيْمُوا الَّدِيْنَ وَلاَ تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ (السورى : 13)

“Dia telah mensyari’atkan bagi kaum tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama 1341) dan janganlah kamu berpecah belah karenanya. (Asy-Syura: 13)

 http://abusalma.wordpress.com/2006/12/05/hakikat-iman-kepada-rasulullah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar